BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, sekitar
abad ke-5 Masehi, bangsa Jerman mendatangi Semenanjung Liberia. Theodoric,
Raja Ostogoth, mendirikan istana di Toledo sekitar tahun 513 M. Kemudian pada
tahun 569M., Leovigildo, seorang raja Visigoth, menjadikan Toledo sebagai
ibukota Kerajaan Visigoth Spanyaol. Sejak itulah, Toledo mengalami kejayaan
yang pertama. Pada tahun 689 M., Raja Recaredo menjadsikan katholik sebagai
agama resmi di Spanyol.
Pada awal abad
ke-8 Masehi, para pendatang baru berdatangan ke daratan Eropa (Spanyol).
Pendatang tersebut adalah Bangsa Arab yang membawa Agama Islam. Sejak ekspansi
Bani Umayah Spanyol pada tahun 711 M. Yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad,
sepanyol menjadi bagian kekuasaan Islam (Ira M. Lapidus, 1993: 3790). Umat
Islam berkuasa di Spanyol hampir delapan abad, yaitu dari tahun 711-1492 M.
Untuk
mengetahui lebih lanjut, penulis berusaha untuk memahi peroses penguasaan Islam
atas Spanyol, Kemajuan peradaban Islam di Spanyol, Kemunduran dan kehancuran,
dan faktor-faktor yang mendukung terwujudnya tiga poin tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah :
1.
Bagaimana
sejarah masuknya Islam ke Spanyol?
2.
Bagaimana
perkembangan Islam Spanyol?
3.
Apa
saja yang telah disumbangkan Islam terhadap Spanyol?
4.
Apa
saja yang menyebabkan kemunduran
dan kehancuran Islam di Spanyol?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan yang akan diambil dari
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Memahami
dan mengetahui sejarah masuknya Islam ke Spanyol.
2.
Mengetahui
proses perkembangan Islam di Spanyol.
3.
Mengetahui
banyak hal yang telah disumbangkan Islam terhadap Spanyol.
4.
Dapat
memahami peroses terjadinya kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol.
1.4
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi pustaka dan browsing
lewat internet yang menyajikan berbagai bahan sumber tentang makalah ini.
1.5
Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian utama, dan bagian akhir. Pada bagian awal yaitu bagian kulit muka,
halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.
Kemudian pada bagian utama penulis membagi menjadi tiga bab yaitu :
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari : Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Bab kedua berisi uraian, yang terdiri dari : Sejarah
Masuknya Isam ke Spanyol, Perkembanag
Islam Di Spanyol, Penyebab Kemunduran dan Kehancuran.
Bab ketiga merupakan penutup, yang berisi kesimpulan dari seluruh
bahan karya tulis ini dan penutup dari penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Masuknya Isam ke Spanyol
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama
Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai
bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani
Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man
al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan
ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa
ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Tujuan umat Islam menguasai
Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke
Spanyol karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol lebih mudah dilakukan.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga
pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan
pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn
Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi
selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki
empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika
Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh
keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic
yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim
pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq ibn Ziyad
lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar
dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar
yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian berlayar melalui Laut Tengah menuju
daratan Spanyol dan berhasil mendarat disebuah bukit tempat dan menyiapkan
pasukannya, yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Ketika Roderick
mengetahui bahwa Tariq dengan pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia
mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Menyadari jumlah musuh
lebih banyak, Tariq meminta bantuan kepada Musa bin Nusair, akhirnya Tariq
mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara.
Pada hari Minggu tanggal 18 Juli 711 M., kedua
pasukan bertemu di Danau Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertarungan
berlangsung sel;ama delapan hari dan kemenangan berada di pihak Tariq. Tentara
Tariq dalam pertempuran ini mendapat bantuan dari pasukan Roderick yang
membelot. Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth
saat itu) dapat ditundukan. Kemudian menjadikan Cordova sebagai ibukota
pemerintahan Islam. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu
mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan
internal.
Faktor eksternalnya
antara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.
Begitu juga dengan adanya perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan,
adanya konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di
antara mereka. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick,
raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja
Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara
Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu
saja.
Hal yang
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun faktor
internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh
perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan
yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol
menyambut kehadiran Islam di sana.
2.2 Perkembanag Islam Di Spanyol
2.2.1
Enam Periode yang Dilalui Umat Islam di Spanyol:
1.
Periode Pertama (711-755 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih
terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab.
2. Periode Kedua (755-912
M)
Pada periode ini, Spanyol berada di
bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi
tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh
Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd
al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan
Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol
mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang
peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu
dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman
al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9
stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada
periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada
tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping
itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting
diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang
berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara
orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi Namun ada yang berpendapat
pada periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke
Khalifahan(912-1013).
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya
“raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode
ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana
pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat
ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang
dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini
dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode
ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976
M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di
Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville,
Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di
Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan
dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang
pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam
meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan
yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti
Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M
ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa
dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh
Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan
Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar
di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun
menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika
Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari
kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini yaitu antara tahun
(1232-1492) ketika umat islam Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa
dinasti bani Amar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar
Al-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.
Periode ini, Islam hanya berkuasa di
daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa
tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn
Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella
untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang
sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang
mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada
akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella,
kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan,
masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh
dikatakan tidak ada lagi umat Islam didaerah ini.
2.2.2 Kemajuan
Pradaban
Sesungguhnya
Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali peradaban Islam
yang mempengaruhi Eropa, Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa
dalam menyerap ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Beberpa perkembangan Islam
antara lain sebagai berikut:
1.
Bidang politik
Terjadi balance
of power karena di
bagian barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan
kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan
antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan.
Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan
pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium
timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara
Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sedangkan bani Umayyah II bersekutu
dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib
(1096-1291).
2.
Bidang Sosial Ekonomi
Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan
Konstantinopel pada tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap
pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang
ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan
ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia
dan Amerika.
3.
Bidang Kebudayaan
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu
pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang
mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai
berikut:
a.
Al Farabi (780-863M)
Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles
digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan
menerjemahkan buku-buku karya aristoteles.
b.
Ibnu Rusyd (1120-1198)
Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali
pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu
Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari
Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad
ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam
bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan
Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.
c.
Ibnu Sina (980-1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau
adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan
peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan
idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan
ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia
kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.
4.
Bidang Pendidikan
Beberapa Ilmu yang berkembang di Spanyol, diantaranya:
a.
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu
lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa
pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad
ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama dalam sejarah
filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih
dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakar ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat
pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi
saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang
filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.
Pada abad ke 12 diterjemahkan buku
Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13
diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari
Al-Qanun.
b.
Sains
Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu
kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari
batu.
Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara
perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan
wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi,
wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari
Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan
Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan
Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun
dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
c.
Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol dikenal
sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah
Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya
yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al- Rahman. Ahli-ahli fikih
lainnya yaitu Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn
Hazm yang terkenal.
Sedillot berkata, “Mazhab Maliki
itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan
bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis menugaskan Dr. Peron
untuk menerjemahkan buku Fiqih Al Mukhtashar karya Al Khalik bin Ishaq bin
Ya’qub (w. 1422 M).
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara,
Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang
dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu
tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu.
Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita,
dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa
administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir
dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn
Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali
al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
Kemajuan ilmu pengetahuan itu mempengaruhi pemuda Eropa
sehingga banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di
Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar
di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku
karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka
pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah
Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman
pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut
diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu
kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat.
5.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Dalam pembangunan fisik umat Islam
Spanyol telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan yang
jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi roda
air, dan lain-lain. Namun pembangunan
fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti
pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman.
Di antara pembangunan yang megah
adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok
Toledo, istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
Spanyol Islam, kemajuannya sangat
ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu
mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil,
Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik
pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa
lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang
ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
2.3
Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di
Spanyol di antaranya, yaitu:
1.
Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan
islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti
dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam
dan Kristen. Pada abad ke-11 M. umat Kristen memperoleh kemajuan pesat,
sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para
muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol,
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab
tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M,
mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non
Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan
dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini
menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping
kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.
Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di
Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya
timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik
dan militer
4.
Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan
kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah
runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan
Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya
juga disebabkan permasalahan ini.
5.
Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil
dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
hasil kajian makalah yang telah di buat mulai dari pendahuluan, kajian materi
dari beberapa literatur atau sumber yang penulis peroleh serta data-data yang
mendukung terhadap makalah ini. Kajian makalah ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagi berikut:
1.
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama
Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai
bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.
2.
Perkembanag Islam Di Spanyol terbagi atas enam
periode: Periode pertama (711-755 m), periode kedua (755-912 m), periode ketiga (912-1013 m), periode
keempat (1013-1086 m), periode kelima (1086-1248 m), periode keenam (1248-1492
m).
3.
Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak
sekali peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, Spanyol merupakan tempat yang
paling utama bagi Eropa dalam menyerap ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam,
baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
4.
Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol,
diantaranya: konflik islam dengan kristen, tidak adanya ideologi pemersatu,
kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, keterpencilan
3.2 Penutup
Demikian makalah ini saya buat bertujuan untuk melengkapi tugas
mandiri dan memperkaya wawasan dalam bidang Sejarah Peradaban Islam. Semoga
tulisan ini bisa menjadi pertimbangan dan kiranya dapat menarik perhatian serta
bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,
Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. PT: Gravindo Persada.
As-Siba’i, Mustafa. 1993. Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Jakarta: Gema Insani Press.
As-Siba’i, Mustafa. 1993. Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Jakarta: Gema Insani Press.
Suprriyadi,
Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
http://peperonity.com/go/sites/mview/sejarahend/18112934
Leave a comment